Jumat, 06 Juli 2012

Monument YESUS memberkati kota Manado

Yesus Memberkati adalah sebuah monumen Yesus Kristus yang terletak di kota Manado, Indonesia. Monumen ini memiliki tinggi 50 m dari permukaan tanah, dimana patungnya sendiri memiliki tinggi 30 meter dan 20 meter adalah tinggi penopangnya. Monumen ini terbuat dari 25 ton besi fibre dan 35 ton besi baja dan terletak pada bukit tertinggi di daerah perumahan Citraland Manado. Monumen ini menjadi ikon terbaru kota Manado dan merupakan monumen Yesus Kristus yang kedua tertinggi di Asia dan antara yang tertinggi di dunia.
Sejarah
Ide pembuatan monumen ini berasal dari Ir. Ciputra, seorang pengusaha kawakan di bidang properti di Indonesia. Monumen ini menghabiskan biaya sebesar kurang lebih Rp. 5 miliar.
Patung ini memiliki kemiringan 20 derajat

Tidak kalah dengan kota-kota dunia yang memiliki patung Jesus raksasa, tanggal 2 Desember 2007 Gubernur Sulawesi Utara meresmikan patung raksasa Jesus yang terletak di Perumahan Citraland Menado di kawasan Winangun.
Patung putih Jesus berukuran raksasa dalam posisi melayang sambil memberkati ini menghadap ke kota Menado di bawahnya. Memang lokasi perumahan milik pengusaha terkenal Ciputra ini terletak di kawasan perbukitan sehingga dari atas ini bisa terlihat kota Menado.
Patung ini selain menjadi penanda bagi masyarakat kota Menado yang mayoritas beragama Kristen ini sekaligus ingin menegaskan tekad pemerintah daerah untuk menjadikan Menado sebagai Kota Wisata di tahun 2010. Orang tidak perlu ke Venezuela atau Brazil untuk melihat patung raksasa Jesus karena sekarang kota Menado-pun punya. “Ke Manado jo…



 Monumen Tuhan Yesus Memberkati dibuat oleh Ir. Ciputra terletak di ketingian 160 m dari permukaaan laut membuat Citraland Manado memiliki pemandangan kota Manado dan laut Bunaken yang indah dan eksotis untuk dinikmati. Monumen itu sendiri terletak di atas bukit Royal Highland setinggi 32 m dari jalan utama membuat monumen tersebut menjadi sangat artistik dan indah. Peletakkan batu pertamanya dilakukan oleh Gubernur Sulawesi Utara, Bpk. Drs. Sinyo Harri Sarundajang beserta para Hamba Tuhan dan pemimpin Gereja dari berbagai denominasi ini direncanakan akan diresmikan pada, Minggu, 4 November 2007.

Berhasil dicatatkan dalam Museum Rekor Indonesia sebagai patung yang tertinggi di empat benua, yaitu Asia, Eropa, Afrika dan Australia. Patung yang diberi nama Monumen Tuhan Yesus Memberkati itu merupakan patung tertinggi kedua di dunia setelah patung Yesus di Brazil. Patung setinggi 30 meter yang dibangun dalam tempo enam bulan yang berdiri tegak diatas ketinggian 242 meter dari permukaan laut ini berada di Kelurahan Tineleng, Manado.

Monumen dengan kemiring-an 20 derajat ini, dibawah ada beberapa patung Malaikat dan juga patung manusia yang menggambarkan penderitaan rakyat Minahasa saat pemerintahan Belanda yang di desain oleh orang belanda. Dan juga beberapa tulisan ayat alkitab serta lambang - lambang Minahasa. Silahkan anda bisa melihat foto untuk lebih jelas

# di ambil dari berbagai sumber
Menurut cerita sejarah, nama Bitung diambil dari nama sebuah pohon yang banyak tumbuh di daerah utara Jazirah Pulau Sulawesi. Penduduk yang pertama yang memberikan nama Bitung adalah Dotu Hermanus Sompotan yang dalam bahasa daerah disebut dengan Tundu'an atau pemimpin. Dotu Hermanus Sompotan tidak sendirian tetapi pada saat itu dia datang bersama dengan Dotu Rotti, Dotu Wullur, Dotu Ganda, Dotu Katuuk, Dotu Lengkong. Pengertian kata Dotu adalah orang yang dituakan atau juga bisa disebut sebagai gelar kepemimpinan pada saat itu, sama seperti penggunaan kata Datuk bagi orang-orang yang ada di Sumatera. Mereka semua dikenal dengan sebutan 6 Dotu Tumani Bitung, mereka membuka serta menggarap daerah tersebut agar menjadi daerah yang layak untuk ditempati, mereka semua berasal dari Suku Minahasa, etnis Tonsea.Daerah pantai yang baru ini ternyata banyak menarik minat orang untuk datang dan tinggal menetap sehingga lama kelamaan penduduk Bitung mulai bertambah. Sebelum menjadi kota, Bitung hanyalah sebuah desa yang dipimpin oleh Arklaus Sompotan sebagai Hukum Tua (Lurah) pertama desa Bitung dan memimpin selama kurang lebih 25 tahun, yang pada saat itu Desa Bitung adalah termasuk dalam Kecamatan Kauditan.Dari Sekitar tahun 1940-an, para pengusaha perikanan yang mengusahakan Laut Sulawesi tertarik dengan keberadaan Bitung dibandingkan Kema (di wilayah Kabupaten Minahasa Utara sekarang) yang dulunya merupakan pelabuhan perdagangan, karena menurut pandangan mereka Bitung lebih strategis dan bisa dijadikan pelabuhan pengganti Kema.Seiring dengan perkembangan Bitung sebagai suatu kawasan yang strategis serta jumlah penduduk yang semakin bertambah dengan pesatnya maka Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1975 tanggal 10 April 1975 Bitung diresmikan sebagai Kota Administratif pertama di Indonesia.